Home

Jumat, 09 Oktober 2009

Lidah Tak Bertulang

Sejak saya mulai bisa menggunakan cermin maka saya sudah dapat menilai bagaimana penampilan saya. Saya mempunyai sepasang mata yang belo dan indah, saya memiliki rambut yang lurus dan mudah diatur dan saya juga memiliki bentuk muka yang tidak terlalu bulat dan terlihat normal serta tidak berlebihan bahkan saya mempunyai sebuah hidung yang tidak terlalu mancung namun cukup indah dilihat namun ada satu hal yang kurang saya suka dari penampilan saya adalah mulut saya. Sebenarnya tidak ada cacat apapun di mulut saya, oleh sebab itu saya dapat berbicara dengan normal seperti orang-orang pada umumnya dan juga mulut saya tidak sumbing dan terlihat tidak terlalu berlebihan, yang artinya tidak terlalu tebal maupun tipis. Semua terlihat pas rasanya.

Saya menyadari bahwa saya mempunyai satu kekurangan dan kelebihan besar dalam mulut saya. Seharusnya saya tidak mengatakan itu semua sebagai mulut saya namun isi yang ada di dalam mulut saya, yaitu berbicara. Berbicara merupakah hal yang paling penting dari hidup saya karena dengan berbicara maka saya telah mampu melanjutkan hidup saya karena hidup saya hanya didapatkan dari berbicara. Jika saya tidak mampu berbicara maka berhentilah semua kehidupan saya. Berbicara adalah modal kehidupan saya, oleh sebab itu saya tidak boleh kehilangan bicara saya karena bicara saya cukup dihargai tinggi oleh orang lain. Hanya dengan berbicara saja maka saya mampu menaklukkan dunia orang lain.


Bicara saya diibarakan seperti mempunyai dua sisi keping mata uang yang berlawanan. Di satu sisi, saya mampu menjadi seorang pembicara yang lembut, penuh dengan perhatian dan simpati. Di sisi lainnya, saya mempunyai sifat pembicara yang selenoh, selebor dan terkesan agak tidak terkendali. Kedua emosi berbicara ini dapat saya tata dan atur dengan sedemikian rupa tergantung oleh situasi dan kondisi. Saya dapat menjadi seorang yang ramah, mudah senyum, mudah menyesuaikan diri dengan orang lain, mudah membuat orang tertawa, ramah senyum dan tidak menyinggung orang lain namun saya juga dapat menjadi seseorang yang mempunyai cara bicara yang agak sembrono. Sebenarnya lidah manakah saya yang sesungguhnya ?


Lidah memang tidak bertulang, lidah mudah digerakkan dan dibengkokkan. Lidah mudah diatur maupun diperintah sesuai dengan keinginan kita. Setiap orang menggunakan lidah untuk membantu suaranya agar dapat berbicara. Lidah hanya diumpamakan sebagai alat untuk menunjang mekanisme berbicara. Jika kita salah menggunakan lidah maka suara akan menjadi salah begitupun berbicara juga akan menjadi salah. Saya sendiri sangat mendekati kesalahan itu. Bagi saya, kadang kala saya dapat salah menggunakan lidah saya. Fungsi lidah saya cenderung ingin membuat orang bahagia dan tertawa serta membuat orang menjadi nyaman namun sebaliknya dapat menyinggung hati orang lain karena kadang-kadang lidah saya menjadi tajam dan tidak peduli dengan pergerakannya.


Terkadang saya kurang menyukai mulut saya daripada panca indera saya yang lainnya. Saya menyadari bahwa setiap manusia memang lebih sulit untuk mengendalikan mulutnya daripada panca indera yang lainnya karena mulut adalah panca indera yang berperan penting dalam kehidupan seseorang. Perilaku seseorang dapat dinilai dari cara berbicaranya. Seseorang dapat melukai orang lain hanya dengan mulutnya saja bahkan pisau pun diibaratkan kurang tajam dari mulut seseorang. Saya tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa mulut saya seperti pisau. Saya hanya mempunyai sebuah mulut yang sedikit agak tajam sehingga mampu mudah menyakiti orang lain namun sesungguhnya saya bukanlah seorang pribadi yang suka melukai orang lain. Hanya saja kadang-kadang mulut saya suka seperti lidah yang tak bertulang, yaitu suka sembrono.


Saya mengerti kadang-kadang mulut ini dapat menyakiti orang lain, namun tujuan saya bukanlah untuk hal itu namun hanya sekedar untuk bercanda dan membuat orang lain menjadi terhibur.


Mengapa saya memiliki mulut seperti ini yang tidak pernah takut terhadap apapun? Mengapa mulut saya seperti diibaratkan sebagai sebuah lidah yang tak bertulang ? Saya juga kurang memahaminya. Apakah mungkin terbentuk berdasarkan pergaulan lingkungan teman atau memanglah itu bagian dari sifat saya. Namun sesungguhnya, saya masih belum mempunyai musuh atas perbuatan mulut saya ini. Memang saya akui bahwa mulut saya sangat berguna untuk kebutuhan hidup saya karena saya mencari nafkah dari mulut saya namun kadang-kadang saya juga ingin merasakan bagaimana mulut ini menjadi lebih bebas bergerak tanpa diatur-atur. saya ingin bebas menyampaikan apapun tanpa melihat kondisi dan situasi.


Saya telah menyadarinya dan kemungkinan saya tidak akan berubah karena memang inilah jalan hidup saya. Mulut saya diibaratkan mempunyai dua rasa, yaitu rasa manis dan pahit. Rasa manis mampu digunakan untuk merubah hidup orang lain dan rasa pahit mampu digunakan untuk membuat orang tersenyum walaupun kadang kala ada yang tersinggung namun semua hal yang kulakukan adalah bukan untuk menyakiti orang lain. Tujuan mulia saya adalah menghibur orang lain.

Jika kaki anda tergelincir, mungkin anda dapat menemukan kembali keseimbangan anda, tetapi jika lidah anda tergelincir, anda tidak dapat menarik kembali kata-kata anda

Tidak ada komentar: