Home

Jumat, 02 Oktober 2009

Konflik Batin


Salah satu hal yang tidak dimengerti oleh orang lain mengenai diri saya adalah saya mempunyai konflik batin. Sudah cukup lama saya mengalami hal tersebut sehingga telah melekat menjadi salah satu kepriadianku. Saya memiliki kepribadian yang cukup sulit ditebak oleh orang lain. Saya mudah berubah namun statis, saya mudah terpengaruh namun bijaksana, saya mudah luput tetapi konsisten dan saya juga mudah menyerah namun keras hati.


Sejak dulu, saya telah merasakan keganjilan dalam pikiran maupun perasaan saya. Apa yang saya inginkan dalam pikiran saya belum tentu sama dengan perasaan saya, apa yang saya rasakan belum tentu kontak kepada pikiran saya, apa yang ada dalam pikiran saya belum tentu sesuai dengan perbuatan saya dan apa yang telah saya perbuat belum tentu sesuai dengan pikiran dan perasaan saya. Begitu juga perkataan saya belum tentu disetujui oleh perasaan dan pikiran saya, namun tidak semuanya terjadi seperti itu. Hanya saja fruekensinya lebih banyak, seperti saya merasakan sedih di perasaan namun belum tentu saya akan berpikir untuk menangis, saya merasakan bahagia di dalam hati namun belum tentu saya wujudkan dalam perbuatan, saya mengatakan bahwa saya menyutujui pendapat orang namun pikiran atau perasaan saya belum tentu menyetujuinya, saya mengikuti orang lain belum tentu hati saya mengikutinya, namun tidak semua kasus seperti itu. Tidak ada orang yang mengetahui hati dan pikiran saya. Apakah saya mengalami konflik batin atau tidak berani mengungkapkan perasaan ataukah saya adalah orang yang selalu menyembunyikan emosi?


Bukanlah saya telah mengalami suatu gangguan jiwa berat yang menandakan seseorang yang telah putus hubungan antara perasaan, pikiran, perkataan dan perbuatan. Saya menjadi seperti ini mungkin atas dasar pembentukan dari kemauan orang tua dan kemauan saya sendiri. Tidak ada campur tangan urusan-urusan lain atas pembentukan ini. Semua jebakan itu terbentuk secara alamiah dari hasil proses belajar dan diajar.

Terkadang saya juga memiliki sifat keras, sekeras batu karang namun kadang-kadang saya menemukan diri saya lembut, selembut salju. Saya mencintai musik slow namun musik rock juga merupakan koleksi pribadiku. Saya mencintai putih dan hitam secara acak-acakan. Saya mempunyai banyak teman dimana-mana namun jika dijumlah sangat sedikit sekali. Saya diibaratkan sebagai seorang manusia kecil yang tampak tidak berdaya dan tidak tersentuh oleh orang lain namun saya mempunyai nama dimana-mana. Kadang-kadang saya bisa berupa A dan kadang-kadang bisa menjadi B. Apakah ini dinamakan sebuah keraguan atau ketidakpastiaan batin ? Konflik batinkah ini ?


Sebenarnya saya tidak mengetahui mengapa kepribadian saya dapat terbentuk seperti ini. Kemungkinan dari faktor belajar atau lingkungan sekitar. Sesungguhnya, salah satu tujuan saya menjadi demikian adalah agar semua kehidupan dapat berjalan dengan lancar walaupun saya mengorbankan batinku. Semua ini dikarenakan oleh saya tidak menyukai adanya konflik-konflik yang timbul dari orang lain. Saya hanya ingin menjaga kedamaian dan kesejahteraan.


Salah satu contoh besarnya adalah saya mempunyai pendapat dan pikiran sendiri mengenai suatu hal tertentu, namun karena tidak sesuai dengan pikiran banyak orang maka saya akan berhenti untuk mewujudkan keinginanku, karena saya takut akan mengecewakan dan melukai lebih banyak orang lain. Saya memilih untuk mengalah dan menutup pintu hatiku. Begitulah kira-kira perumpamaannya. Saya tidak tahu apakah itu normal atau tidak, namun begitulah diriku. Apakah saya akan terus menerus terjebak dari konflik batin ini ?


Tetapi yang paling penting bagi saya adalah apapun yang saya telah saya lakukan tidak menganggu kenyamanan jiwaku dan saya masih mampu berdiri kuat menghadapi hidup ini adalah sudah cukup bagiku. Seharusnya memang saya harus mempunyai sedikit keberanian untuk mengatakan tidak dan mengikuti kata hatiku tanpa memperhatikan akibat apapun yang terjadi lagi. Inilah sebuah cerita peranan sosial saya untuk saat ini.


Memang kurang bijaksana saya mempunyai tujuan hidup agar semua mahluk hidup menjadi bahagia dengan mengorbankan sedikit perasaanku, namun bukankah harus ada yang kita lepaskan dan kita korbankan untuk mewujudkan harapan kita?


Kebahagiaan, kata sang kehidupan, adalah hadiah yang suka usil, dimenangkan oleh mereka yang berusaha dalam kesabaran. Separuh jalan engkau telah berpacu, sekarang bangkitlah dan majulah, tujuan ada di ujung tikungan

Tidak ada komentar: