Home

Sabtu, 26 September 2009

Bintang Sekolah



Itu ketika masih kecil, semenjak saya berumur 16 tahun keatas, saya sudah jarang dikagumi oleh orang-orang. Mengapa saya dilahirkan dengan paras muka yang cukup bagus ketika saya masih anak-anak dan setelah bertumbuh dewasa, paras muka saya lama kelamaan menjadi semakin bertambah kurang, apakah mungkin karena faktor usia, faktor kesehatan, seperti jerawat, rambut semakin menipis atau dan lain-lainya ? tetapi tidak juga. Dunia ini sungguh sulit ditebak. Ada yang masa kecilnya cantik atau ganteng namun masa dewasanya menjadi biasa-biasa saja, dan ada yang sebaliknya. Ada juga yang dari kecil sampai dewasa tetap terlihat cantik dan ganteng. Ada pepatah yang mengatakan kecantikan adalah subjektif. Ya memang subjektif. Yang ingin saya katakan adalah kecantikan dan kegantengan secara objektif, yaitu orang yang banyak dikagumi oleh orang-orang atas penglihatannya.

Dahulu, saya jarang sekali menikmati kaca, saya juga jarang merapikan diri, namun saya tidak tahu mengapa saya selalu dijadikan pusat perhatian oleh orang lain, terutama kaum perempuan. Banyak yang mengatakan saya adalah bintang sekolah. Yang anehnya, banyak yang mengejar saya sampai ke WC, banyak yang menulis surat cinta kepada saya dan ada juga yang secara terang-terangan mengatakan saya adalah termasuk pria terganteng di sekolah itu. Saat itu yang saya rasakan adalah suatu kebanggan, namun kebanggaan itu sirna ketika saya beranjak menjadi remaja akhir. Saya merasa semua itu menjadi berubah, saya menjadi jarang diperhatikan oleh orang lain, mungkin itu disebabkan oleh pertumbuhan tinggi badan saya juga tidak semestinya seperti pria-pria ganteng lainnya, saya merasa perut saya juga agak sedikit buncit, muka saya yang dahulu mulus tanpa ada noda sedikit demi sedikit timbullah jerawat-jerawat yang bisa menghambat penampilanku. Itulah kenyataan yang harus saya hadapi.



Saya sungguh tidak mengerti apa yang saya harapkan pada saat itu, apakah peranan kegantengan yang paling penting di dalam sekolah atau ada hal lain yang lebih perlu ditonjolkan, apakah itu pendidikan, prestasi, kemampuan berbicara, dsb? Saya tidak pernah memikirkan hal itu, karena yang saya tahu di sekolah selain mendapatkan pengetahuan dan pendidikan, saya mencari kebahagiaan tertentu, yaitu bergaul dengan teman, bersenda gurau, dsb. Saya tidak memikirkan apakah saya harus menampilkan sesuatu yang terbaik di sekolah, seperti menjadi pria terpopuler, pria terganteng, pria terpandai atau pria yang paling dikagumi oleh orang lain. Saya hanya berjalan seperti air saja. Mengalir begitu saja mengikuti arus tanpa melawannya. Saya tampil sederhana dengan tidak mempedulikan apakah ada penilaian khusus dari yang lain. Saya juga menerima apa adanya ketika penilaian itu datang begitu saja tanpa saya harus berbuat sedemikian rupa sehingga mendapatkan penilian, terutama yang positif. Tidak.

Bintang Sekolah itu telah menjauh dariku sejak saya mulai beranjak memasuki sekolah akhir smp (sekolah menengah pertama), mungkin pertumbuhan saya menjadi lain dan berbeda dari dulu, saya memakluminya karena tidak mungkin saya tidak menjadi besar. Sebenarnya perubahan itu tidak terlalu mengangguku, toh saya merasa mau tidak mau kita tetap harus berubah perkembanganya, tidak mungkin kita seperti itu-itu saja. Sebenarnya pribadi saya adalah seseorang yang tidak suka mencari kepopularitas yang wajib diumbar-umbar oleh semua orang. Saya tidak pernah mempermasalahkan apakah si dia atau si pemain basket itu, si model itu yang telah menjadi bintang sekolah. Saat itu yang saya pentingkan adalah saya bisa tenang dan nyaman menjalani kehidupan sekolahku.

Namun tidak lama kemudian, bintang sekolah itu kembali melekat ke dalam diri saya. Saya juga tidak tahu mengapa hal ini bisa terjadi, dari dulu saya telah berpendapat bahwa apa yang saya lakukan adalah untuk diri saya dan bukan untuk orang lain, jadi saya tampil diri saya apa adanya tidak peduli apa ucapan orang. Bintang sekolah itu datang ketika pada akhir perpisahan sekolah, ternyata banyak orang yang telah mengatakan bahwa sayalah adalah pria yang terbaik, bukan terbaik dalam hal penampilan yang seperti dulu, tetapi terbaik dalam membantu orang dan beramah tamah dengan orang lain.

Penilaian itu telah menjadi berbeda sewaktu saya kecil dan dewasa. Sewaktu kecil saya menjadi seorang bintang sekolah dikarenakan saya mempunyai penampilan fisik yang baik dan ketika beranjak dewasa, bintang sekolah itupun beruah menjadi bintang sekolah dikarenakan saya mempunyai penampilan jiwa yang baik. Saya dinilai sebagai seorang teman baik yang mampu memberikan terbaik untuk orang lain.

Saya menilai diri saya bijaksana, entahlah ? Memang cukup baik apabila kita bisa menilai diri kita sendiri namun biasanya yang lebih efektif adalah penilaian dari orang lain, namun kita tidak boleh terlalu memegang penilaian dari orang lain, karena hidup kita adalah milik kita sendiri, kita yang menentukan hidup kita kita, hidup kita bukan tergantung oleh penilian dan ucapan orang. Kita boleh mengambil makna tertentu dari penilaian orang agar kita dapat menjadi lebih positif lagi.


Saya tidak pernah meminta diri saya sebagai bintang sekolah atau tidak, namun jika saya harus dihadapkan pada kedua pilihan tersebut, apakah menjadi bintang sekolah karena penampilan fisik atau bintang sekolah karena penampilan jiwa. Saya lebih memilih menjadi bintang sekolah karena mempunyai jiwa yang baik. Itu sebabnya mengapa seseorang terus menerus mencari jati dirinya dan apa yang bisa mereka banggakan dari diri mereka ? Tidak ada yang salah, jika mampu membanggakan penampilan fisik atau penampilah jiwa. Kemungkinan saya adalah salah satu orang yang setelah tidak dapat menampilkan fisik yang baik maka saya mencari yang lain, yaitu penampilan jiwa yang baik. Tetapi yang saya inginkan adalah kedua-duanya harus seimbang. Di dalam jiwa yang baik terdapat fisik yang baik dan sebaliknya.


Pemeliharaan hidup bukah hanya berarti memelihara tubuh, tapi pikiran dan jiwa untuk membuatnya hidup

Tidak ada komentar: