Home

Kamis, 17 September 2009

Melankolis yang tidak Berperasaan


Sedih tapi tidak bisa merasakan sedih, menderita tak tidak bisa merasakan menderita, ingin menangis tapi tidak bisa mengeluarkan air mata.


Bahagia tapi tidak bisa merasakan bahagia, senang tapi tidak bisa merasakan senang, ingin menikmati kegembiraan tapi tidak bisa tertawa dalam hati.


Apakah semua itu adalah kepalsuan hidup ? Apakah saya tidak wajar menjalani kehidupan ini ? Mengapa saya terlihat beda dengan orang lain dan mengapa saya dikatakan berbeda dengan orang lain ?


Siapa yang tidak ingin bahagia ketika dikala bahagia dan sedih dikala sedih ? Sebenarnya saya mampu merasakan itu, tetapi tidak semuanya. Masih ada yang menganjal, masih ada yang aneh di dalam hati saya. Saya sulit merasakan sesuatu yang terjadi di dalam hati saya. Apakah saya menaman suatu sikap bahwa saya harus terlihat stabil atau memang saya adalah orang yang tidak mempunyai perasan.


Ibuku memang pernah berkali-kali mengatakan saya adalah orang yang tidak mempunyai perasaan dan temanku juga sering mengatakan bahwa saya adalah bukanlah orang yang mudah sensitif (peka terhadap perasaan), perasaan orang lain maupun perasaan diri sendiri.


Namun hanyalah saya yang tahu sendiri bagaimana perasaan saya bekerja, sejak kecil saya sudah merasakan bahwa apa itu perasaan sedih, gembira, takut, menderita, menangis, tertawa dan sebagainya, namun saya belum bisa mengartikan semua itu di dalam hati saya. Ya, di hati saya, mungkin saya bisa mengekspresikan di dalam sikap saya, namun tidak di dalam hati saya. Hati saya terlalu netral untuk merasakan segala hal, apapun itu juga. Bagaimana itu berlaku ?


Dalam kehidupan sehari-hari, saya menilai diri saya adalah seorang yang murah hati, mudah kasihan terhadap orang lain, mudah iba terhadap orang lain tidak pandang apakah orang itu berpura-pura atau tidak. Saya tidak bisa melihat orang menangis di depanku siapapun itu juga, saya langsung merasakan hati iba terhadapnya. Saya tidak bisa melihat orang yang meminta sedekah kepadaku, saya juga langsung merasa kasihan terhadapnya. Bukankah itu merupakan seseorang yang mempunyai hati dan perasaan. Jawaban itu tidaklah bagiku. Memang tampak sedikit aneh bagi sebagian orang, namun saya merasa itu tidak benar-benar datang dari hatiku, hatiku tidak mudah tergores oleh apapun, hatiku tidak mudah luka terhadap apapun. Saya akui memang saya mempunyai niat untuk membantu orang lain, saya mempunyai rasa iba untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain juga, tetapi itu tidak semua datang dari hatiku, itu mungkin sebagian eksplorasi dari perilaku. Hatiku tetap kokoh dan panas, karena sesungguhnya saya belum dan atau tidak bisa merasakan apapun. Walaupun bisa merasakan, itu pun hanya sedikit atau segelintir saja.


Saya menamakan itu sebagai seorang melankolis yang tidak berperasaan, seorang yang mempunyai hati yang dalam namun tidak bisa merasakan apa-apa, seseorang yang hanya bisa berperilaku seperti orang yang mampu terharu oleh air mata penuh belas kasihan, tetapi tidak tersentuh ke dalam hatinya yang paling dalam.


Mungkin bermula dari ketika saya masih kecil, saya jarang menggunakan hati apapun untuk melaksanakan sesuatu. Sejak kecil, bagi saya perasaan atau hati itu adalah tidak penting. Menggunakan hati untuk melakukan segala sesuatu adalah tidak berguna, karena tidak menimbulkan efek apapun, bahkan malah dapat cemooh dari orang lain atau keluarga sendiri. Untuk apa menggunakan perasaan jika orang lain saja tidak menghargai perasaan itu. Image itu selalu menghantui cara berpikirku sampai sekarang.


Perasa terhadap orang lain adalah baik, saya sendiri tahu bagaimana melakukan itu, terlebih-lebih berperasa terhadap diri sendiri, namun saya jarang menggunakannya, karena saya merasa itu tidaklah terlalu berguna untuk kehidupanku saat ini.


Untuk apa menangisi sesuatu yang telah terjadi ?

Untuk apa terlalu bahagia yang pada dasarnya akan berlalu juga ?

Untuk apa sedih terhadap suatu kegagalan yang mau tak mau harus kita jalani ?


Apakah ada gunanya ?

Saya mungkin telah terlatih sejak kecil melihat segala sesuatu dari kegunaannya, namun saya ingin menegaskan bahwa saya masih mempunyai perasaan tetapi perasaan yang berbeda dengan orang pada umumnya, yaitu perasaan melankolis tanpa berperasaan.Yang ingin kutahu adalah apa yang aku lakukan adalah bukan untuk melukai perasaan orang lain.


Jangan terlalu bahagia bila sukses, dan jangan terlalu sedih bila mengalami kegagalan

Tidak ada komentar: