Home

Selasa, 29 September 2009

I Hate Myself


Semenjak saya mulai beranjak dewasa dan telah dapat berpikir secara logis atau realitis dan telah dapat menjalani dan menikmati seluruh kehidupanku dengan mandiri maka timbullah beberapa pemikiran saya tentang bagaimana tujuan hidup ini yang sebenarnya, bagaimana caranya agar saya dapat hidup berdampingan dan bersosialiasi dengan orang lain dengan baik atau benar dan bagaimana seharusnya dapat mengetahui seluk beluk manis pahitnya kehidupan ini, seperti persaingan, permusuhan, identitas diri, formalitas masyarakat, citra diri, keakraban, kehancuran, kebangkitan, dan sebagainya.


Setelah saya mengkaji dan mengikuti semua perkembangan hidup ini sesuai dengan umur dan pengalaman saya, saya mulai merasa bahwa hidup saya tidaklah terlalu penting dan menguntungkan di bandingkan dengan orang lain, saya merasa saya cukup berbeda dengan orang lain lalu saya mencoba untuk menjadi seperti orang lain, namun saya tidak sanggunp karena saya tidak mempunyai kemampuan seperti itu. Saya terus menerus mencoba dan akhirnya saya merasa dapat menjadi seperti orang itu, namun saya masih menyadari bahwa tidak mungkin saya dapat menjadi seperti orang lain dengan sesempurna mungkin, tetap masih terdapat berbagai kekurangan walaupun saya telah berusaha sekuat tenaga, seperti saya ingin menjadi seperti orang itu yang pintar dalam bermain bola basket kemudian saya berusaha untuk mempelajarinya, namun saya tidak mampu sebaik dia dan juga saya ingin seperti orang itu yang memiliki kepintaran dalam bernyanyi, namun walaupun saya telah berusaha sekuat tenaga dengan belajar khusus dengan seorang professional namun tetap saja saya tidak bisa seperti orang itu. Lambat laun saya merasa bahwa saya adalah manusia yang tidak bisa berbuat apa-apa. Saya mulai merasa kurang percaya akan diri saya sendiri.


Apapun yang saya inginkan dan saya gemari terhadap kemampuan orang lain selalu terobsesi olehku untuk mengikutinya, tidak semua hal yang ingin kupelajari namun tidak dapat dipungkiri bahwa saya belum bisa menerima diri saya apa adanya sewaktu muda karena saya ingin belajar sesuatu yang telah dahulu dibanggakan oleh orang lain terutama hal-hal yang saya sukai darinya, namun saya tidak berhasil. Jadi intinya, saya ingin menjadi seorang pengikut. Saya selalu melihat seseorang yang kukagumi keterampilannya maka saya akan mencoba untuk mengikutinya agar saya dapat menjadi seperti dia. Menurut saya hal itu adalah wajar, karena setiap manusia ingin mempelajari dan mengikuti setelah melihat dan menganggumi kemampuan orang lain, namun apakah itu selalu dapat menjadi suatu patokan bahwa kita akan berhasil menjadi seperti orang itu ? Saya belum menyadarinya.


Saya selalu, saya selalu menyalahkan diri saya pada saat itu karena tidak semudah itu mengikuti dan menjadi orang lain. Tujuan saya pada saat itu bukanlah ingin menunjukkan kepada orang lain bahwa saya juga mampu seperti dia, namun saya hanya ingin menjadi seperti dia yang mempunyai kemampuan yang saya sukai. Saya juga suka menyalahkan diri saya karena saya sudah berkali-kali berusaha dengan segala macam cara namun saya tidak bisa mendapatkan hasil maksimal yang saya inginkan. Yang ada di dalam benak saya adalah saya ingin menjadi yang terbaik untuk diri sendiri maupun orang lain tanpa memperhatikan kemampuan diri saya.


Saya terus menerus mempelajari sampai suatu titik dimana saya merasa bahwa saya harus menyerah, saat itu saya mulai membenci diriku sendiri dan saya menjadi kehilangan semangat dalam menjalankan apapun. Saya merasa bahwa saya tidak mempunyai kemampuan apapun, apa yang ingin saya pelajari semua sia-sia karena tidak mendapatkan hasil yang membahagiakan. Saya memendam semua perasaan ini sendiri tanpa ada satu orangpun yang mengetahuinya karena memang saya tidak suka mengumbar-umbar semua jenis perasaan kepada orang lain. Penderitaan saya hanyalah cukup saya yang alami saja. Saya juga pernah berpikir untuk mengakhiri hidup ini karena saya merasa tidak berguna. Tidak ada satu kemampuan yang dapat saya tonjolkan kepada orang lain. Semua teman-temanku mempunyai keahlian masing masing dalam dunianya, sedangkan saya hanya melihat mereka saja tanpa berbuat apa-apa. Saya juga tidak diajak mereka untuk bergabung, karena mereka menyadari bahwa tidak mungkin saya dapat sebaik mereka dan saya juga tidak bermaksud untuk bergabung lagi dengan mereka, karena saya merasa tidak mudah tidak merasakan rasa malu, kecuali terpaksa.


Saya juga membenci diri saya karena belum bisa menerima diri saya apa adanya, saya mudah terpengaruh oleh lingkungan sekelilingku, saya mudah teringat oleh ucapan orang lain, saya mudah menerima tuduhan orang lain terhadapku. Saya berusaha mengikuti orang lain namun hanyalah fisik saya semata namun hati saya tetap tidak mampu menyamainya, saya juga berusaha mencari dimana hati saya dapat bersemayam dengan orang-orang yang dapat mengerti diriku, namun itu tetap sulit, karena saya tetap tidak dapat melebihinya. Bukan saja ingin melebihinya, untuk menyamainya saja saya tidak sanggup. Saya hanya dijadikan sebagai sebuah perabot bagi orang lain, kadang-kadang memang diperlukan sesaat, namun tidaklah terlalu penting.


Pengalaman-pengalaman seperti inilah mungkin membuat saya menjadi seseorang yang mudah menyerah dan cenderung dingin, karena saya merasa bahwa untuk apa saya bersaing dengan orang lain, namun saya tidak memiliki kemampuan seperti dia, untuk apa saya memperhatikan orang lain, toh belum tentu mendapatkan dukungan darinya. Atas dasar seperti inilah yang memicu saya menjadi seorang manusia yang tidak terlalu peduli dengan lingkungan lagi. Saya menjalani kehidupan saya sendiri dengan tata cara dan perilaku saya sendiri. Saya berusaha sekuat tenaga untuk diri sendiri. Saya berhenti mengikuti orang lain demi keselamatan hidupku. Saya mulai mempelajari diri saya sendiri. Saya mulai memperhatikan diri saya sendiri, bagaimana kemampuan diri saya, bagaimana kelemahan saya sendiri dan kekuatan saya. Saya menyadari bahwa berusaha mengikuti orang lain, mempelajari, menyamai dan memperhatikan orang lain belum tentu saya akan mendapatkan hasil yang maksimal. Saya mulai tersadar dan berhenti untuk membenci diri saya.


Sampai akhirnya saya menemukan bahwa menerima segala kelemahan kita adalah yang terbaik dan tidak terobsesi mengikuti kelebihan orang lain akan membuat hidup kita menjadi lebih tenang. Secara otomatis, saya berubah menjadi seorang yang kuat dalam menghadapi hidup, cenderung menyerah jika dihadapkan untuk menyamai orang lain dan sedikit agak cuek dalam menghadapi orang lain. Itu dikarenakan oleh saya telah mengambil hikmah dari segala peristiwa yang terjadi dari hidup saya. Kini semua orang tau mengapa pribadi saya seperti ini. Saat ini adalah ini, di kemudian hari belum tentu sama, namun saya telah berhenti membenci diriku. Tujuan hidup saya adalah mengejar dan mengasah kemampuan saya sendiri bukan dari orang lain.


Setiap orang mempunyai kemampuan sendiri-sendiri. Bayangkanlah apabila terdapat seekor gajah sedang mandi dengan gembira disebuah danau, Apa yang akan terjadi bila seekora kucing/kelinci melihat kegembiraan sang gajah, kemudian mencoba menyainginya dengan melompat ke dalam air juga ?

Tidak ada komentar: