Home

Rabu, 16 September 2009

Pembimbingku adalah Aku


Mengapa saya seakan-akan tidak memiliki pembimbing ? Kedua orang tuaku ada, kakakku ada, guruku ada, tetanggaku ada dan familiku juga ada. Mengapa saya merasa tidak ada yang dapat menjadi pembimbingku ? atau tidak ada orang yang berniat untuk membimbingku ? Saya sudah tau jawabannya sekarang. Mengapa orang-orang berantusias untuk mencari buku di toko buku, mencari guru untuk belajar, mencari penasehat di tempat beribah. Itu semua karena mereka ingin mencari pembimbing. Pembimbing tidak datang dengan sendirinya. Kitalah yang mencarinya.

Sejak saya berumur kurang lebih 12 tahun, saya sudah bisa melihat siapakah pembimbingku yang sebenarnya. Dia bukanlah orang tuaku dan dia bukanlah siapa-siapa. Dia adalah sebuah televisi kecil yang berada di ruang tamu rumahku. Sebenarnya dia kurang cocok dikatakan pembimbingku, dia lebih cocok disebut sebagai objek pembimbingku.

Hampir setiap hari sebelum saya menuju ke sekolah, televisi adalah makananku sehari-hari. Waktuku banyak dihabiskan disini, karena kebetulan saya kurang suka bergaul dengan orang-orang disekeliling rumah. Pada saat itu, umur saya hampir menuju remaja, jadi saya sudah mengetahui seluk beluk cerita yang di sampaikan oleh film-film yang ada di televisi.

Inilah konseksuensi bagi anak yang kurang suka bergaul dan orangtua yang jarang ada di rumah. Kesibukan setiap orang bukan merupakan tanggung jawabku. Saya menikmati setiap hidupku dengan televisiku sampai aku besar nantinya. Sekarang ini perkembangan teknologi semakin canggih. Kebiasaan yang kubawa sejak kecil masih melekat sampai sekarang. Sekarang kehidupanku masih sama seperti dulu, yaitu menikmati internetku sendirian entah sampai kapan. Banyak orang mengatakan saya itu Autis (orang yang mempunyai dunia sendiri). Mereka saja tidak tahu kebiasaan saya sejak kecil sehingga saya menjadi begini sampai sekarang.

Tetapi menurutku, mengapa televisi begitu penting bagi saya ? Saya juga tidak tahu, mengapa saya begitu tertarik menonton televisi. Semua yang kutonton adalah film drama yang menceritakan kehidupan sehari-hari, kehidupan cinta, kehidupan rumah tangga. Intinya cerita yang berhubungan dengan kehidupan moralitas. Sudah hampir 50 film moralitas telah kutonton di televisi.

Saya kurang menyukai film anak-anak padahal saya masih anak-anak, saya kurang menyukai film kartun, saya juga kurang suka membaca buku anak-anak. Padahal saat itu saya memang masih anak-anak.

Dari sejak saya mulai menyukai menonton film-film moralitas orang dewasa, saya mulai belajar bagaimana melihat dunia ini, saya mulai mempraktekkan isi yang ada di dalam film itu, tentu hanya moralitasnya saja. Saya kurang suka meniru adegan kekerasan yang ada di dalam televisi, kekerasan secara fisik atau secara verbal, oleh sebab itu saya kurang suka menonton film action (kekerasan) atau film yang banyak peran antagonisnya (drama yang banyak mengeluarkan kekerasan secara verbal) sampai saat ini. Saya banyak belajar dari film moralitas, sehingga tujuan utama dalam hidupku adalah mencapai moralitas dengan sebaik-baiknya.

Film-film moralitas itu telah membangkitkan semangatku untuk melihat roda kehidupan itu berputar, film itu mengajarkan saya menilai mana yang baik dan buruk. Saya tidak mengetahui pada saat itu apakah saya sudah pantas menonton film moralitas orang dewasa padahal saya masih anak-anak, namun tidak ada orang yang membimbingku (mengatakan) kepada saya apapun. Sejak dulu memang saya bebas melakukan apapun, karena orangtuaku memang sibuk bekerja. Kesalahan dan kebenaran yang kulakukan semua adalah tanda tanya.

Namun sekarang saya sudah mengerti bahwa, tidak ada orang yang menjadi peganganku, tidak ada seorang yang menjadi pedoman hidupku, tidak ada seorang pun yang menjadi pembimbingku. Saya sendiri yang membimbing diri saya sendiri, apakah itu saya dapatkan dari televisi, buku atau apa saja.

Tidak ada seorang pun yang dapat menolong diri kita, selain diri kita sendiri. Satu-satunya jalan untuk keluar dari permasalahan adalah dengan rajin menolong diri sendiri. Tidak ada orang lain yang bisa menjadi juru selamat.

Tidak ada komentar: