Home

Jumat, 18 September 2009

Tulang Harimau


Badanku tidaklah bagaikan bentuk haraimau, badanku biasa-biasa saja, sejak kecil memang tubuhku cukup kurus, dengan kepala yang agak besar, seakan-akan terlihat sesosok anak kecil yang mempunyai badan kurus kering sehingga terlihat lebih menonjol di mukanya, sebenarnya muka saya juga terlihat kurus, hanya mata saya yang cukup besar.


Muka saya tidak terlihat seperti orang idiot/cacat mental. Bentuk muka saya juga normal-normal saja, namun seiring dengan waktu bertambah usia, saya tidak tahu mengapa, bentuk tubuh saya semakin lama semakin berubah, tubuh saya semakin berisi dan padat, muka saya juga menjadi berbeda. Mungkin ini namanya proses alamiah. Tidak semua manusia dilahirkan dengan bentuk yang sama. Kita bisa memperbaharuinya sesuai dengan kehendak kita. Apakah kita ingin kurus, gemuk, pendek, tinggi, dan sebagainya. Sebenarnya kita mampu memaksimalkannya atau meminimalkannya.


Baiklah, sekarang yang menjadi pokok pembicaraannya adalah apakah tubuh saya ada kaitannya dengan harimau. Mengapa saya mengibaratkan tubuh saya seperti tulang-tulang harimau. Saya hanya berkonotasi seperti demikian dengan tidak bermaksud bahwa memang tulang saya adalah merupakan tulang harimau. Saya tetaplah manusia dan mempunyai tulang-tulang layaknya seperti tulang manusia.


Sejak kecil, saya merasakan bahwa badan saya memang terasa lebih aneh dibandingkan yang lainnya. Saya tidak menyukai suhu udara yang panas, karena saya merasa suhu tubuh saya memang agak panas, itu terbukti ketika saya meraba lengan saya yang terasa panas setiap waktu ketika ada di sekolah. Tidak itu saja, saya juga sulit merasakan sakit ketika badan saya dipukul atau dibentur dan saya juga kurang dapat merasakan sakit ketika badan saya tergores atau terbakar oleh benda panas.


Saya tidak tahu mengapa seperti itu, apakah memang tubuh saya agak kebal atau saya tidak terlalu manja sewaktu raga saya mengalami kesakitan. Saya juga mengira bahwa jiwa saya sulit mengalami rasa sakit. Jiwa saya tidak mudah terpengaruh oleh segala macam bentuk perasaan, seperti rasa sedih maupun senang. Semua orang memang pernah merasakan kesakitan di jiwanya, namun saya mungkin termasuk orang yang jarang mengalami hal tersebut, bukan karena saya jarang mengalami kepahitan hidup, tetapi memanglah jiwa saya sulit mengalami segala macam perubahan bentuk hidup ini.


Satu manusia memiliki jiwa dan raga, apapun dan bagaimana pun itu bentuknya, jiwa dan raga itulah yang menjadikan manusia itu ada. Manusia adalah perpaduan antara unsur jiwa dan raga. Dan di setiap jiwa dan raga itu dapat merasakan kesakitan. Di antara kedua unsur tersebut, mana yang anda pilih ? Lebih baik menderita di jiwa atau menderita di badan. Memang sulit dijelaskan karena kedua hal tersebut saling berkaitan. Apabila jiwa kita terganggu maka secara otomatis badan kita juga akan terasa terganggu begitu juga apabila badan kita terasa tidak nyaman maka jiwa kita juga akan terasa terbebani.


Bagaimana agar kita dapat terbebas dari rasa sakit terhadap jiwa dan raga kita ? Tentunya jalan keluar untuk kedua unsur tersebut berbeda, mungkin semua orang sudah tau namun untuk mempraktekkannya memang agak sulit karena perlu keberanian untuk menunjukkannya. Contoh untuk menaklukkan jiwa kita adalah kita harus bijaksana, sabar dan mampu melihat segala macam permasalahan secara hati terbuka, sedangkan untuk raga ini, kita hanya perlu mempunyai satu keberanian untuk menaklukkan rasa sakit tersebut.


Kita sebagai manusia memang tidak pernah luput atas ketidaknyaman terhadap jiwa dan raga ini apapun kondisinya. Saya pribadi sebagai manusia biasa yang tidak mempunyai kekuatan gaib apapun, selalu belajar untuk tidak terpengaruh oleh rasa apapun, seperti rasa sakit yang disebabkan oleh jiwa dan raga ini. Yang saya terapkan selama ini adalah saya selalu mencari jalan keluar dengan cara apapun agar saya terhindari dari rasa itu. Entah dengan cara menahanya, menaklukkannya, mengobatinya, membuangnya, menyembunyikannya walaupun dengan cara sesakit apapun, saya harus mampu menaklukkan itu. Lambat laun, tubuh saya ini seakan-akan menjadi tidak mudah terpengaruh oleh semua rasa yang timbul di tubuh ini. Saya menjadi kuat bagaikan seorang manusia yang mempunyai tulang harimau.


Seorang bijak akan melampaui dualitas yang disebabkan oleh kebajikan dan kejahatan, oleh rasa panas dan dingin, oleh suka dan duka, oleh hitam dan putih


Tidak ada komentar: